Indahnya Rencana Tuhan


Dhea? dhea.. dhea!!!  ( teriak ibu sri di depan kelas )
Ia bu, Ada apa ? tanyaku polos dengan wajah yang penuh malu, entah mengapa hari ini aku merasa was-was , aku merasa sangat rindu dengan rumah padalah baru 2 jam aku meninggalkan rumah.
Dhea !! teriak ibu sri sekali lagi
Ia bu? Jawabku dengan kepala menunduk, kali ini ibu sri bergerak menuju kearahku.
Dhea, apa yang sedang kamu pikirkan, dari tadi ibu lihat kamu melamun trus, apa ada masalah? Atau kamu sedang sakit ? Tanya bu’ sri kepadaku. 
Aku tidak apa-apa kok bu?  Ibu sri kembali kedepan kelas untuk melanjutkan pelajaran. Tiba-tiba ada suara ketokan pintu dari luar dan ibu sri menyambut orang tersebut. ibu dan orang asing itu seperti sedang membicarakan hal yang sangat serius,Kami pun mencobah menoleh keluar ingin tahu siapa yang datang.beberapa saat kemudian, ibu sri pun kembali masuk ke kelas tapi dengan keadaan yang berbeda, wajah ibu sri terlihat lesuh, keadaan kelas semakin gaduh setiap anak saling berbisik tentang apa yang terjadi? Semua sudah mengira-ngira yang aneh-aneh.

Rasa penasaran itu pun akan segera hilang,karena ibu sri akan mengukap semuanya di depan kelas. Anak-anak pelajaran untuk hari ini kita cukupkan dulu karena…karena..ibu sri, seperti berat untuk berbicara ia pun berjalan menuju arah tempat dudukku,aku mendengar suara sepatunya yang senada dengan denyut janjungku, ibu sri memegang pundakku. Dhea, yang sabar  ya? Ada pertemuan ada pula perpisahan kehidupan ini bukan milik kita sepenuhnya? Ibu sri mengucapkan kata-kata yang sulit ku cerna. Aku belum bisa menebak ada apa yang terjadi umurku masih terlalu hijau untuk mengerti, hingga akhirnya aku menemukan jawabannya, bahwa ayahku meninggal dunia.

Air mataku jatuh, untuk pertama kalinya aku tak malu nangis di depan umum, aku tidak melihat sosok teman-temanku saat itu aku hanya merasa keberadaan ibu sri. Hari itu aku pulang bersama ibu sri. Tangisanku semakin memuncak saat ku melihat sosok laki-laki yang perkasa yang selalu melindungiku terbaring kaku dengan bibir yang terlihat senyum kepadaku. Aku mendekat dan berbisik kepadanya. Ayah aku mencintaimu? Aku memeluknya dengan pelukan manja entah mengapa aku merasa ayah juga sedang memeluk erat tubuhku hingga akhirnya aku ketiduran di sampingnya. Dalam tidurku aku bermimpi melihat bapak duduk di depan rumah dan aku memperhatikan dia, yang sedang melamun, kemudian aku datang untuk menggodanya.

 Dooorrrr…. He..ee..he.. ayah melamun ya? Tanyaku denga penuh kemanjaan. Ayahpun  memelukku dan memberikanku sedikit pertanyaan.
Dhea? apa kamu cinta sama ayah. Tanya ayah kepadaku
Pasti dong, ayahkan pahlawanku? Jawabku dengan penuh semangat
Klau kamu sayang sama ayah apa buktinya? Tanya ayah kembali.
Hmmmm….kali ini aku sulit menjawab,karna  kelamaan mikir ayah kembali berbicara kepadaku…
Nak, kalau kamu sayang sama ayah kamu harus rajin-rajin sholat, ngaji, doakan orang tua, dan jangan lupa bantu ibumu?
o..iya, itu yang aku mau jawab tadi yah? Jawabku dengan wajah yang penuh keseriusan.
Halah…kamu nih, kecil-kecil sudah pinter ngeles,.belum usai ayah ngomong aku sudah menambahkannya, siapa dulu dong anak ayah??? Sontak Kami pun ter tawa bersama-sama.
Dhea? dhea?..dhea..?  suara itu lembut kudengar, ternyata ibu membangunkanku.
Ia bu? Jawabku dengan suara yang berat.
Ayo makan dulu nak? Dari tadi siang kamu belum makan. Ayo kita makan sama-sama. Bukannya menuruti ibu untuk pergi makan, aku malah menanya kan keberadaan ayah. Aku merasa ayah masih ada dan tidak sedang pergi kemana-mana? Tanpa basa-basi lagi akupun menuruti permintaan ibuku untuk makan malam, perutku memang sudah terasa sangat lapar karna sejak siang tadi aku ketiduran hingga malam tiba. Ini adalah malam pertama kami makan malam tanpa sosok laki-laki pahlawanku.

Waktu memang mengubah segalanya,tidak ada lagi laki-laki dewasa  dalam kehidupanku, yang ada hanya sosok ibu yang sekarang menjelma menjadi seorang wonderwomen dan seorang anak laki-laki kecil yang sangat nakal, namanya randi adik yang selalu membuat kepalaku terbakar karna ulahnya.

Hujan masih turun kebumi, angin masih juga berkeliaran disegala sudut, kehidupan trus berjalan apa yang ditakdirkan berkembang akan berkembang dan apa yang di takdirkan runtuh akan runtuh. Alam menyeleksi segala sesuatunya dengan sempurna. Besok adalah hari yang sangat menegangkan sekali gus hari yang tak ingin aku harapkan. Aku tak ingin pisah dengan sahabat-sahabatku,selain itu aku juga tak tahu setelah lulus ini aku bisa lanjut kuliah atau tidak. Hmmm.. rasanya tidak mungkin. Akhir-akhir ini keadaan kami sekeluarga makin tercekik, buku kusang bertuliskan jumlah pinjaman uang sudah hampir penuh.

Horee…? Horeee… semua sahabatku melompat setelah melihat nama mereka di papan pengumuman,lain halnya dengan aku ketika melihat namaku di urutan ke 8 reaksi hanya biasa saja, tidak ada loncatan bahagia, tidak ada senyuman, aku memutuskan untuk berlari kerumah secepat mungkin aku tidak menghiraukan pangilan sahabat-sahabatku, aku trus menggerakan kakiku berlari dan berlari. Di depan pintu ada ibu yang sudah menunggu, aku memeluknya dan menangis di pundaknya pelan-pelan aku mengutarakan keinginanku untuk kuliah walau aku tau itu tidak akan pernah dapat terwujud. Ibu hanya berpesan kepada ku untuk slalu bersabar.

Tidak terasa sudah lima (5) bulan aku bekerja. rasa jenuh mulai timbul dikala keringat sudah bercucuran, namun catatan utang bukannya  tercoret lunas malah makin bertambah. Ya..tuhan, jangan robohkan keimanan kami dengan cobaan ini. Dulu aku sangat yakin bahwa tuhan tidak akan memberikan cobaan dia atas kemampuan hambanya, tapi kini mulai terkikis sedikit demi sedikit yang beriringan dengan kelelahanku.
Malam ini, untuk kesekian kalinya aku meminta izin kepada ibu untuk dapat mencari pekerjaan di kota. Alhamdulillah ibu mau mengizinkannya, besok aku akan meminta gajiku dan segera berangkat kekota, tujuanku adalah kota samarinda disana ada paman dan bibiku yang mungkin bisa membantuku mencarikan pekerjaan. Sebelum berangkat aku berpesan ke ibu agar menjaga kesehatannya dan untuk adikku randi aku berpesan agar slalu membantu ibu, dia tumbuh menjadi anak yang rajin tidak nakal lagi seperti mas kecilnya dulu. Aku memberikan ibu sedikit uang dari gaji yang baru saja ku terima, tapi ibu tidak mau menerimanya, aku tau perasaan ibu kepadaku. Tapi ya sudah lah… semoga keberangkatanku bisa merubah keadaan kami. Aku berangkat dengan air mata yang tak bisa di bending, kelopak mataku tak cukup kuat untuk menghalaunya.

Tuhan menebalkan keyakinanku  2  tahun aku bekerja di kota keadaan hidup kami berubah, ini bukan kebetulan belaka, usahaku,kesabaranku, dan doaku semuanya tidak sia-sia. Tuhan membuka pintu kehidupan baru untuk keluargaku, utang kami habis terbayar randi tidak perlu putus sekolah seperti aku.
Kehidupan kota seperti tidak ada malam, aktifitas manusia selalu ada, susah mendapatkan keheningan. Tapi malam tetap saja malam waktunya aku bermimpi indah, mataku belum terpejam terdengar suara yang tak asing bagiku, bunyi itu berasal dari telepon genggam milikku, ternyata adikku yang memanggil.
Hallo ran ? ada apa malam-malam telpon. Tanyaku
Kak..hampir tiga tahun kakak belum pulang, nih..ibu nanyain kamu terus?
Randi ? kasih telponnya pada ibu aku mau bicara…
Assalamuallaikum…nak?  Sapa ibu kepadaku.
Ia, ibu? Ibu bagaimana, kabar ibu… maaf bu, dhea blum bisa pulang karna dhea masih banyak kerjaan, maaf ya bu?  Hallo..ibu? ibu ? randi..randi…ternyata telponnya  ter putus. Beberapa kali kucoba untuk telpon ulang tapi tidak terhubung juga mungkin baterai  handphone adikku lagi lowbet . jam sudah menunjukan pukul 23.50  sekarang aku semakin gelisah memikirkan keadaan ibu dan adikku. Kegelisahan ini tidak dapat menghalangi rasa ngantukku, sehingga aku tertidur. Dalam tidur aku bermimpi, mimpi yang pernah aku alami saat aku berumur 12 tahun , disaat aku tertidur disamping jenazah almarhum ayahku, dalam mimpi aku melihat bapak duduk di depan rumah dan aku memperhatikan dia, yang sedang melamun, kemudian aku datang untuk menggodanya.
 Dooorrrr…. He..ee..he.. ayah melamun ya? Tanyaku dengan penuh kemanjaan. Ayahpun  memelukku dan memberikanku sedikit pertanyaan.
Dhea? apa kamu cinta sama ayah. Tanya ayah kepadaku
Pasti  dong, ayahkan pahlawanku? Jawabku dengan penuh semangat
Klau kamu sayang sama ayah apa buktinya? Tanya ayah kembali.
Hmmmm….kali ini aku sulit menjawab pertanyaannya, karna kelamaan mikir ayah kembali berbicara kepadaku…
Nak, kalau kamu sayang sama ayah kamu harus rajin-rajin sholat, ngaji, doakan orang tua, dan jangan lupa bantu ibumu?
o..iya, itu yang aku mau jawab tadi yah? Jawabku dengan wajah yang penuh keseriusan.
Halah…kamu nih, kecil-kecil sudah pinter ngeles,.belum usai ayah ngomong aku sudah menambahkannya, siapa dulu dong anak ayah??? Sontak Kami pun ter tawa bersama-sama.

Dhea…dhea…( salah satu tetangga membangunkanku )
Ia, siapa ? tunggu sebentar… teriaku sambil menuju kepintu,.ternyata tante ana  tetanggaku
Dhea, kamu ada duit, nda’. Anakku sedang  sakit, aku mau membawanya kerumah sakit tapi duitku kurang, tolong ya dhea…
Tunggu ya? Aku ambilkan duit dulu…sambil menuju kamarku, aku teringat dengan mimpiku semalam aku jadi rindu dengan ibu dan adik ku? Perasaan was-was yang sama saat aku berada di sekolah dulu… aku jadi takut, pikiranku mulai terbang tanpa arah. Setelah memberikan uang pada tante ana, akupun bergegas menyiapka baju untuk terbang kekampung, aku tidak ingin kejadian saat aku kecil terulang lagi di saat aku sudah dewasa. Aku tidak ingin mendapatkan kabar buruk  seperti di sekolahan dulu. Di perjalanan pulang aku mencoba menelpon adiku beberapa kali, tapi tak satupun yang terhubung.

 Akhirnya sampai juga di kampong, aku mencoba memejamkan mata dan menghirup udaranya yang masih segar, aku merasakan suatu kedamaian kenyamanan yang luar biasa, akupun mencari kendaraan yang menuju arah rumahku. Aku merasakan getaran tubuhku yang sangat kencang saat melihat rumahku yang di penuhi orang banyak, air mataku jatuh aku, langkah kakiku terhenti di depan pagar, aku putus asah, aku tidak mau kerumah, aku tidak ingin melihat ibu yang terbaring di sana. Di bawah pohon   aku duduk sambil meluapkan kesedihanku, aku merasa sangat berdosa, menjadi anak yang menelantarkan ibunya, yang tidak memenuhi permintaan ibunya untuk bertemu yang keterakhir kalinya, aku malu pada ayah…maafkan aku bu..maafkan aku yah…

Tiba-tiba aku melihat kaki yang berdiri di depanku, akupun mengangkat kepala untuk melihat sosok yang ada di depanku itu, ternyata dia adalah randi adikku. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi aku langsung mencegahnya… sudah!!! Tidak usah kamu katakan lagi randi… aku mulai sekarang aku bukan kakakmu lagi, aku ini orang berdosa tidak pantas jadi kakakmu…
Kakak ini bicara apa? Ayo masuk kedalam…kamu tidak kasihan sama ibu, sudah nunggu, kamu…ucap randi yang ingin menasehatiku.

Randi menarik tanganku menuju kerumah, aku sangat terkejut melihat semua ini, di dalam rumah memang banyak  para tetangga tetapi kali ini bukan untuk melayat melainkan untuk suatu pesta,  dan aku baru ingat bahwa hari ini adalah hari kelahiran ku, tanpa berpikir lama,aku pun langsung berlari dan memeluk ibu dengan erat aku luapkan semua air mata bahagia ini dan aku berjanji  tidak akan jauh-jauh lagi dari ibu…sisa waktu untuk hari ini kami habiskan dengan ber senang-senang bersama para tetangga.

Karna Tak ingin jauh dari ibu dan adik, aku putuskan untuk menetap di kampung akupun mencoba membuka toko kecil-kecilan di depan rumah, dengan harapan semoga toko  ini bisa membantu memenuhi kebutuhan hidup kami kelak. setelah  melewati kerasnya arus kehidupan, aku semakin sadar bahwa kebahagiaan itu tidak bisa di perjual belikan dan aku percaya bahwa rencana tuhan itu indah, sangat indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Jawab Segitiga Pascal Bagian 1

Ternyata Kucing Mengalami Menstruasi

Segitiga Pascal