Kisah Khadijah Binti khuwailid ra.

Khadijah Binti Khuwailid ra.
Wanita Teragung se-Jagat Raya

Kita akan menemui seorang wanita kelahiran Ummul Qura (Makkah), sekitar 15 tahun sebelum Tahun Gajah, orang yang pertama kali memeluk islam dari golongan wanita. Orang pertama yang shalat bersama Rasulullah saw. Wanita pertama yang menganugerahkan keturunan bagi beliau. Wanita pertama yang mendapat jaminan masuk surga. Manusia pertama yang mendapat salam dari Tuhannya.
Dia beriman kepada Nabi saw. saat semua orang kafir kepadanya. Membenarkan risalah beliau di saat semua orang mendustakannya. Dia adalah seorang wanita yang berpikiran matang, cerdas, pandai menjaga kesucian, dan terpandang, hingga disematkan gelar Ath-Thahirah (wanita yang suci).
Dia adalah tempat ketenangan bagi Nabi saw. Dia adalah wanita paling agung se-jagat raya sekaligus istri dari manusia paling agung sepanjang zaman. Dia adalah Khadijah ra. Wanita shiddiq pertama di antara wanita-wanita yang beriman ini, tidak hanya menjadi Ummul Mukminin (Ibunda orang-orang mukmin), melainkan ibunda dari segala kemuliaan.
Keutamaan-keutamaan Khadijah ra. sangat banyak, karena ia termasuk dari sedikit sekali wanita yang sempurna. Nabi saw. sering memujinya dan menganggapnya lebih utama dari seluruh istri-istrinya. Beliau sering menyanjungnya, sehingga tidak jarang membuat “Aisyah cemburu kepadanya”.
Diantara kemuliaannya yang lain yakni Nabi saw. tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah ra. masih hidup dan tidak pula memiliki budak wanita hingga Khadijah ra. meninggal dunia. Ia adalah wanita yang paling tulus dan selalu memberi perhatian yang besar saat suaminya ditimpa kesulitan. Membantu Nabi saw. menyampaikan risalah Allah swt, ikut merasakan kesusahan dan kepahitan dakwah, mendukung perjuangannya dengan jiwa dan hartanya. Khadijah ra. ibarat angin kedamaian dan kapebaikan yang sanggup mengeringkan dahi Rasulullah saw. yang bercucuran peluh karena menerima wahyu. Kemudian, setelah beliau diangkat menjadi rasul, ia sanggup menghadapi tekanan lawan, merasakan kegetiran masa pemboikotan, dan beban-beban dakwah.
 Khadijah ra. meninggal dunia saat usia Rasulullah saw. mencapai 50 tahun, sedangkan usianya sendiri 65 tahun. Rasulullah saw. selalu mengingat Khadija ra. dengan tulus sepanjang hidupnya. Meninggalnya Khadijah ra. menorehkan kesedihan yang sangat mendalam dalam hati Nabi saw. Beliau selalu berusaha menunjukkan kesetiaan dan membalas budinya dengan cara-cara yang tidak dapat diuraikan oleh penyair cinta sekalipun.
Suatu ketika Rasululullah saw. menyebut dan memuji Khadijah ra.
“ Banyak kaum laki-laki yang mencapai tingkat sempurna, tapi hanya sedikit dari kaum wanita, yakni Asiyah istri Fir’aun, Maryam binti ‘Imran dan Khadijah binti Khuwalid. Adapun keistimewaan ‘Asiyah adalah seperti keistimewaan bubur, jika dibandingkan dengan seluruh makanan.” (Muttafaq ‘alaih).
Jika Asiyah kesempurnaan karena ia mengasuh dan memperlakukan Musa dengan baik kemudian mengimaninya ketika Musa diutus menjadi rasul dan Maryam kesempurnaannya karena membesarkan dan mengasuh Isa, lalu beriman kepadanya ketika menjadi rasul. Maka, kesempurnaan Khadijah ra. karena ia memilih mandampingi Nabi saw., rela berkorban jiwa dan hartanya, lalu menjadi orang pertama yang beriman kepadanya ketika menerima wahyu dari Allah swt.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Jawab Segitiga Pascal Bagian 1

Ternyata Kucing Mengalami Menstruasi

Segitiga Pascal